Minggu, 28 Mei 2023

Audit Sampling

 



Audit sampling adalah metode yang digunakan oleh auditor untuk memilih dan mengevaluasi sebagian data atau transaksi dari populasi yang lebih besar. Ini dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan tentang keseluruhan populasi dengan menggunakan bukti yang diambil secara selektif. Tujuan dari audit sampling adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor dengan efisien, sambil meminimalkan biaya dan waktu yang terkait dengan audit.

Berikut adalah beberapa konsep penting yang terkait dengan audit sampling:

  1. Populasi: Populasi adalah kelompok entitas, transaksi, atau item yang akan diaudit. Ini bisa berupa populasi transaksi keuangan, data pelanggan, stok fisik, atau bagian lain dari laporan keuangan atau informasi operasional yang relevan.
  2. Sampel: Sampel adalah bagian yang dipilih dari populasi yang akan diaudit. Auditor menggunakan teknik sampling untuk memilih sampel yang representatif dari populasi yang lebih besar. Sampel dipilih dengan maksud mencerminkan karakteristik umum dari populasi dan menghasilkan bukti yang dapat diandalkan.
  3. Ukuran Sampel: Ukuran sampel adalah jumlah entitas, transaksi, atau item yang akan diaudit dalam sampel. Ukuran sampel dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti tingkat risiko yang dapat diterima, tingkat ketidakpastian yang diizinkan, dan ukuran populasi yang ada.
  4. Metode Sampling: Metode sampling adalah pendekatan yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi. Ada beberapa metode sampling yang umum digunakan dalam audit, termasuk sampling acak sederhana, sampling stratifikasi, sampling kluster, atau metode sampling lainnya yang sesuai dengan kebutuhan audit.
  5. Tingkat Keyakinan dan Tingkat Risiko: Tingkat keyakinan adalah tingkat keyakinan auditor bahwa kesimpulan yang ditarik dari sampel dapat diterapkan pada keseluruhan populasi. Tingkat risiko adalah tingkat risiko yang diizinkan oleh auditor untuk membuat kesalahan dalam menerima atau menolak hipotesis audit.
  6. Pengujian dalam Sampel: Setelah sampel dipilih, auditor akan melakukan pengujian dalam sampel untuk mengevaluasi entitas, transaksi, atau item yang ada di dalamnya. Pengujian dalam sampel dapat meliputi pemeriksaan dokumen pendukung, konfirmasi pihak ketiga, pengujian analitis, atau pengujian substansif lainnya sesuai dengan kebutuhan audit.
  7. Ekstrapolasi: Auditor menggunakan hasil dari sampel untuk membuat kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan. Ekstrapolasi dilakukan dengan menerapkan temuan dan kesimpulan dari sampel pada populasi yang lebih besar menggunakan teknik statistik yang relevan.

Contoh Audit Sampling

Berikut adalah beberapa contoh audit sampling yang sering digunakan dalam praktik audit:

  1. Sampling Acak Sederhana: Auditor memilih sampel secara acak dari populasi menggunakan metode seperti penggunaan angka acak atau penggunaan generator bilangan acak komputer. Misalnya, auditor dapat memilih 50 transaksi secara acak dari total populasi transaksi untuk diuji.
  2.  Sampling Stratifikasi: Auditor membagi populasi menjadi beberapa strata berdasarkan karakteristik tertentu yang relevan. Kemudian, auditor memilih sampel dari setiap stratum tersebut secara acak atau proporsional. Misalnya, auditor dapat membagi populasi pelanggan berdasarkan besarnya saldo utang, lalu memilih sampel dari masing-masing kelompok saldo.
  3. Sampling Kluster: Auditor memilih kluster atau kelompok entitas yang saling berdekatan secara geografis atau berdasarkan atribut tertentu. Auditor kemudian memilih seluruh kluster atau sebagian kluster untuk diuji. Misalnya, dalam audit toko ritel, auditor dapat memilih beberapa toko secara acak sebagai kluster dan memeriksa seluruh transaksi dalam toko-toko tersebut.
  4. Sampling Atribut: Auditor menggunakan sampling atribut untuk menguji keberadaan atau ketidakberadaan atribut tertentu dalam populasi. Misalnya, auditor ingin mengetahui persentase penggunaan prosedur yang sesuai dalam departemen tertentu, auditor dapat memilih sampel transaksi dan menghitung persentase transaksi yang sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
  5. Sampling Nilai Moneter: Auditor menggunakan sampling nilai moneter untuk mengevaluasi akurasi dan kesalahan dalam jumlah uang yang terkait dengan transaksi atau saldo akun tertentu. Misalnya, auditor dapat memilih sampel transaksi penjualan dan menguji kebenaran perhitungan harga jual atau diskon yang diberikan.

Penting untuk dicatat bahwa contoh-contoh di atas hanya representasi umum dari metode-metode sampling yang sering digunakan dalam audit. Auditor perlu mempertimbangkan karakteristik populasi, tujuan audit, risiko yang relevan, dan batasan sumber daya yang ada untuk memilih metode sampling yang paling sesuai dalam setiap situasi audit.

Langkah dari Audit Sampling

Berikut adalah langkah-langkah umum yang terlibat dalam audit sampling:

Perencanaan Audit Sampling:

  1. Menentukan tujuan penggunaan audit sampling dan pengujian yang akan dilakukan.
  2. Mengidentifikasi populasi yang akan diaudit dan menetapkan kriteria pengambilan sampel yang relevan.
  3. Menentukan metode sampling yang akan digunakan berdasarkan tujuan, karakteristik populasi, dan risiko audit.
  4. Menghitung ukuran sampel yang diperlukan untuk mencapai tingkat keyakinan yang diinginkan.

 Pemilihan Sampel:

  1. Memilih sampel secara acak menggunakan metode sampling yang telah ditentukan (misalnya, sampling acak sederhana, stratifikasi, atau klustering).
  2. Memastikan bahwa sampel yang dipilih mewakili populasi secara proporsional dan objektif.

Pengujian dalam Sampel:

  1. Melakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap entitas, transaksi, atau item yang ada dalam sampel sesuai dengan tujuan pengujian.
  2. Mengumpulkan bukti dan dokumentasi yang cukup untuk mendukung temuan dan kesimpulan audit.
  3. Menyimpan dan merapihkan kertas kerja audit terkait dengan pengujian dalam sampel.

Evaluasi Hasil Sampel:

  1. Menghitung dan menganalisis temuan dari sampel yang diuji.
  2. Menggunakan teknik statistik yang relevan (jika diperlukan) untuk menggeneralisasi temuan sampel ke populasi secara keseluruhan.
  3. Menarik kesimpulan tentang populasi berdasarkan hasil sampel dan mengidentifikasi temuan yang mungkin memerlukan tindakan lebih lanjut.

Penarikan Kesimpulan Audit:

  1. Menyusun temuan dan kesimpulan dari pengujian sampel dengan keseluruhan hasil audit.
  2. Mengkomunikasikan hasil audit dan temuan kepada pihak yang berkepentingan yang relevan (manajemen, dewan direksi, pemegang saham, regulator, dll.).
  3. Merangkum hasil audit dalam laporan audit yang sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah audit sampling dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas audit, tujuan pengujian, dan persyaratan regulasi yang berlaku. Auditor perlu mempertimbangkan konteks spesifik audit yang sedang dilakukan dan mengikuti prosedur yang sesuai untuk memastikan audit sampling yang efektif dan akurat.

Risiko Audit Sampling

Audit sampling memiliki risiko tertentu yang perlu diperhatikan oleh auditor. Berikut adalah beberapa risiko yang terkait dengan audit sampling:

  1. Risiko Sampling: Risiko ini terkait dengan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam kesimpulan audit karena ukuran sampel yang dipilih tidak mencerminkan karakteristik populasi secara akurat. Risiko sampling dapat terjadi jika ukuran sampel yang terlalu kecil atau jika metode sampling yang digunakan tidak tepat.
  2. Risiko Kesalahan Tipe I: Risiko ini terjadi ketika auditor menarik kesimpulan yang salah dari sampel, yaitu menerima hipotesis audit yang salah. Dalam konteks audit, ini berarti auditor menganggap populasi bebas kesalahan sedangkan sebenarnya terdapat kesalahan yang signifikan dalam populasi tersebut.
  3. Risiko Kesalahan Tipe II: Risiko ini terjadi ketika auditor menarik kesimpulan yang salah dari sampel, yaitu menolak hipotesis audit yang sebenarnya benar. Dalam konteks audit, ini berarti auditor menganggap populasi memiliki kesalahan yang signifikan sedangkan sebenarnya populasi tersebut bebas dari kesalahan yang signifikan.
  4. Risiko Kesalahan Nonsampling: Risiko ini terkait dengan kesalahan yang terjadi di luar proses sampling, misalnya kesalahan dalam perencanaan, pelaksanaan, atau penarikan kesimpulan audit. Risiko ini dapat berdampak negatif pada kualitas dan keandalan hasil audit.
  5. Risiko Sampling Selektif: Risiko ini terjadi ketika auditor secara tidak sengaja atau sengaja memilih sampel yang tidak representatif dari populasi. Hal ini dapat menghasilkan kesimpulan yang bias atau tidak akurat tentang populasi secara keseluruhan.
  6. Risiko Material: Risiko ini terkait dengan kemungkinan adanya kesalahan materiil yang tidak terdeteksi dalam sampel yang diuji. Jika auditor tidak menguji sampel yang cukup besar atau jika sampel yang dipilih tidak mewakili populasi dengan baik, maka risiko material dapat meningkat.
  7. Risiko Keberlanjutan: Risiko ini terkait dengan keberlanjutan pengujian sampel. Jika auditor tidak melakukan pengujian secara konsisten atau jika pengujian tidak mencakup seluruh periode yang relevan, maka risiko keberlanjutan dapat menyebabkan auditor tidak dapat mendeteksi kesalahan atau kecurangan yang berlangsung dalam waktu yang lebih lama.

Auditor harus mengenali dan memahami risiko-risiko ini saat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi audit sampling. Langkah-langkah pengendalian yang tepat harus diambil untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut dan memastikan bahwa hasil audit yang diperoleh adalah andal dan dapat diandalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wanita Tak Bersanggul - Asep Muhyidin

       Di sebuah desa kecil yang terpencil, Maya hidup di tengah norma-norma sosial yang kaku. Desa ini dipimpin oleh Pak Budi, seorang kepa...